Catatan 2021: Yang Ingin Diingat, Buku Favorit, Sampai Blog Post yang Disuka Pembaca

Selamat tahun baru semua!

2021 baru saja menutup lembaran terakhirnya. Tahun yang menurut saya masih komplet dengan naik dan turunnya, bahagia dan sedih, bangga dan kecewa. Tahun yang mengajak saya untuk lebih berhadapan dengan beragam situasi yang lebih nano-nano dibanding tahun sebelumnya.

Mirip seperti tahun 2020, ada beberapa catatan yang ingin saya rekam melalui blog post ini. Mulai dari memori sepanjang 2021 (yang bisa dibagikan ke publik tentunya haha), buku favorit yang saya baca (paling sering ditanya), blog post favorit pembaca, barang-barang yang saya suka, sampai hal-hal baru yang saya coba.

Enjoy!

Memori 2021 (dari Buku, dan Lainnya)

  • Januari: Memulai KEBAB dengan Burung Kayu. Masih teringat jelas kalau buku tersebut memberi pengalaman baru buat saya, karena lewat ceritanya, pembaca diperlihatkan dan diajak untuk mengeksplorasi cerita Indonesia lain. Indonesia selain yang ada di pulau Jawa.

  • Februari: Ngobrol di Clubhouse bareng Vis (@visarahleiden), Kak Lia (@lianamaku), dan Way (@awaywithbooks) . Pertama dan terakhir kalinya pakai Clubhouse hahaha. Nyoba di awal saja, lalu ya sudah. Back to Instagram (for me), and Twitter (for Vis) to talk about things. Anyway, tetap seru karena ternyata yang bergabung pun mau berbagi buku pilihannya tanpa malu-malu.

  • Maret: Memperkenalkan keponakan dengan Procreate. Pemandangan baru yang bikin hati saya membuncah melihat bocah SD ini masuk ke flow state-nya saat menggambar :)

  • April: Family dinner (full team!) <3

  • Juni: BTS 2021 Muster Sowoozoo. Yang tadinya cuma ingin beli hari pertama, lalu berujung beli lagi buat nonton di hari kedua. Paling gong: Daechwita versi OT7. Palamomeledaknontonnya. Demikian. On the other hand, bulan ini juga memulai HSG Writing Challenge bareng Hestia dan Sintia.

  • Juli: Menambah tiga fountain pen dalam koleksi. Tidak ada penyesalan karena tiga-tiganya enak dipakai :p

  • Agustus: Non-Fiction Session resmi lahir bulan ini. Bahagia rasanya bisa mendirikan klub buku ini bareng Cica (@karissanavita), Faisal (@chemistread), dan Vis. Minggu terakhir tiap bulan jadi selalu ditunggu karena bisa ketemu virtual dengan NFS Friends, sesama pembaca penggemar non-fiksi, yang tiap diskusi ada aja yang bikin ketawa dan memukau dengan caranya mengolah informasi yang dibaca. Senang bisa kenalan dengan pembaca lain yang baru mau coba diskusi buku non-fiksi.

  • September: Bikin Avadream Class bareng Fani. Seru banget bisa share tentang produktivitas, budgeting, content creation dan skill presentasi ke semua peserta yang ikut. Tahun 2022 nantikan kelas-kelas menarik lainnya di Avadream, ya!

  • Oktober: Bali trip. Setelah hampir dua tahun nggak ke mana-mana, menyenangkan juga bisa ke Bali untuk ganti suasana.

  • November: IG Live bareng Mba Lisa ngobrolin Hobonichi. Berbicara dengan orang yang punya “obsesi” sama itu bikin puas lahir batin. Hahaha. Maklum, yang agak freak dengan per-planner-an di lingkup pertemanan saya sedikit soalnya.

  • Desember: Akhirnya ketemu langsung dengan wajah-wajah familier yang selama ini hanya dilihat dari layar laptop. Ke Patjar Merah Kaget untuk ketemu Faisal, Vis, Koko (bosnya Fix Burger), dan Christan (@ulaskilas). Lalu di bulan yang sama pun akhirnya berkunjung ke perpustakaan Uda Aldo, dan di situ juga ketemu langsung dengan Mel (@xyreads), Retno, dan Way untuk pertama kalinya :)

  • Yang ini paling spesial, nggak perlu ditempeli bulan karena 2021 saya didominasi bareng dia: @kiminihardja.

    Dari isoman 2 minggu di kamar, ya Kimi yang nemenin. Tiap kepala udah ngebul kelamaan kerja, ya Kimi juga yang bikin ketawa. Dengan dia diam pasang muka judes saja berhasil bikin lelah musnah tanpa sisa <3


10 Buku Favorit:

  1. Predictably Irrational (Dan Ariely)

    Buku yang mengenalkan behavioral economics dengan penjelasan yang jenaka dan mudah dipahami. Kalau Thinking, Fast and Slow-nya Daniel Kahneman dirasa terlalu mengintimidasi, sangat saya sarankan baca ini dulu untuk pemanasan.

  2. Drive (Daniel H. Pink)

    Memperkenalkan beberapa konsep motivasi; ada yang untuk bertahan, ada juga yang muncul karena ada reward and punishment. Dan, ada motivasi yang sebenarnya bisa muncul dari diri sendiri; motivasi yang bisa berkembang kalau manusia punya otonomi, keahlian, dan tujuan. Very practical, dan buku ini bisa jadi landasan untuk refleksi dengan pekerjaan yang dipunya sekarang, juga mengobrol hati ke hati dengan bos atau HR manager (kalau mau).

  3. Know My Name (Chanel Miller)

    Bacaan wajib supaya tahu POV dari penyintas kekerasan seksual seperti apa. Melihat di tanah air ini kasus kekerasan seksual masih sering dianggap tabu (damai aja lah, kekeluargaan aja lah), menyalahkan korban (makanya pakai baju jangan bla bla bla, makanya kalau pulang jangan malam-malam), sampai minimnya jaminan perlindungan untuk korban. Wajib dibaca agar mata dan pikiran lebih terbuka.

  4. Think Again (Adam Grant)

    Buku favorit tahun ini. Silakan klik aja judulnya untuk langsung baca ulasan dan summary-nya.

  5. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam (Dian Purnomo)

    Novel Mba Dian yang seakan-akan melempar pertanyaan besar tentang budaya. Mana budaya yang harus dilestarikan, dan mana budaya yang harus dienyahkan? Bercerita tentang tradisi Kawin Tangkap di Sumba, dan bagaimana budaya di sana memperlakukan perempuan.

  6. Dollars and Sense (Dan Ariely and Jeff Kreisler)

    Another favorite of mine. Juga membahas behavioral economics, tapi yang ini lebih spesifik ke cara manusia dengan uangnya. Buku yang bikin saya jadi nulis blog post ini.

  7. The Psychology of Money (Morgan Housel)

    “Wejangan” yang sangat realistis dan layak dikembangkan jadi bagian buku pelajaran wajib setiap anak di sekolah menengah pertama atau atas. I wish someone had taught me these years ago.

  8. Kokokan Mencari Arumbawangi (Cyntha Hariadi)

    Tertarik membaca buku ini karena ulasan Ucha dan Way yang kagum dengan karya-karya Cyntha Hariadi. Begitu baca, saya jadi paham, dan mau daftar juga sebagai salah satu penggemarnya. Paling kagum dengan pemilihan diksinya yang sederhana, manis, kadang terasa lugu, tapi indah. Gabungan semua itu bikin pengalaman membaca itu hangat dan menyenangkan.

  9. How to Take Smart Notes (Sönke Ahrens)

    Buku wajib buat yang mau bikin, sedang, atau tertarik membuat second brain. Penting dibaca supaya tahu cara menulis catatan yang efektif supaya bisa kita gunakan dengan maksimal.

  10. All The Rage (Darcy Lockman)

    Menyoroti mitos equal partnership bagi pasangan yang sudah menikah, dan memiliki anak. POV-nya memang US-centric, tapi kalau udah ngomongin equality begini, US dan Indonesia rasanya jadi sama saja. Sama-sama masih timpang.



3 Konten yang Paling Memuaskan (menurut saya creator-nya)

  1. Curhat ke Jurnal: Apa Manfaatnya, dan Apakah Tulisannya Perlu Dibaca Ulang?

    Puas karena dari satu pertanyaan yang masuk di DM bisa berkembang jadi tulisan ini.

  2. Review buku Emotional Blackmail

    Puas karena review ini bisa menjangkau banyak orang. Terima kasih yang sudah bantuk share post itu. Buku penting yang saya rasa perlu dibaca banyak orang.

  3. YouTube: 2022 Bullet Journal Setup

    Puas karena banyak orang yang menonton dan ikut terinspirasi untuk mencoba menyusun setup bullet journal-nya. Nggak nyangka juga video dapat 24k views.


Best Purchases of 2021

  1. Lampu meja Eglare

    Yang bisa diatur mau pakai lampu warm, cool, dan seberapa terang. Berperan untuk membantu saat kerja, belajar, baca, juga setiap IG live/shooting video. Multifungsi.

  2. Tripod Mini

    Benda mungil yang cukup berhasil bikin saya jadi lebih sering bikin video untuk diunggah di YouTube dan Instagram reel. Andalan juga untuk IG live.

  3. Macbook Air M1

    Yang resmi menggantikan Macbook Pro 2014 saya (akhirnya pensiun setelah tujuh tahun bekerja bersama). Suka dengan pilihan ini karena ringan dan tipisnya pas buat saya yang sampai detik ini masih kerja dari rumah/café/di mana-mana yang penting hati senang ada wifi.

  4. Xiaomi Mi Air Purifier 3C

    Sebagai alumni Covid-19, beli ini jadi salah satu upaya untuk “membersihkan” udara di kamar, walau pada praktiknya malah sering jadi tempat bertengger Kim karena adem enak sriwing-sriwing. On a more serious note, hidung jadi jarang mampet setelah rutin menyalakan air purifier.

  5. Lamy 2000 - Extra Fine

    Nib-nya empuk banget. Nulis pakai fountain pen ini nikmat bukan main. Momen menulis jurnal jadi makin ditunggu-tunggu karena mau pakai pen ini hahaha.

  6. De Atramentis Document Ink (Black)

    Waterproof ink yang sudah saya buktikan ketahanannya. Demi menghindari menetesnya air mata kalau sampai tulisan di planner raib saat ketetesan kopi/air.

  7. Kamei Hamei Sticker Binder Album

    Tidak ada lagi stiker-stiker berantakan dan berserakan di laci atau pun meja. Ukuran dan kualitas binder-nya bagus! Kamei Hamei juga jadi toko stiker terfavorit saya tahun ini.


Yang Makin Diyakini Sepanjang 2021

  • It’s okay to put myself first

    Ada titik di mana saya akhirnya mengambil keputusan: Oke, sudah cukup. I’m done. Melegakan, dan bikin hari-hari terasa lebih ringan.

  • Avoid unnecessary drama

    Segala sesuatu yang berlebihan, yang berujung us vs them, me vs you, kalau nggak jelas apa gunanya, apa faedahnya, untuk apa diikuti. Buang-buang waktu, emosi, dan tenaga. Pick your battle wisely and carefully.

  • Me and work from home culture are besties

    Salah satu dampak pandemi yang sangat saya syukuri adalah datangnya privilege untuk bekerja dari rumah. Selama tidak perlu menghabiskan waktu untuk bersiap-siap demi tampil lebih presentable (hey, kalau on cam di Zoom mah bedakan dikit dan bibir menor sudah cukup), juga tak perlu merelakan sekian jam habis di jalan, I feel like I can get into my flow state easily. Nggak ada distraksi yang secara konsisten membuyarkan fokus seperti saat bekerja di kantor. Kangen berinteraksi langsung dengan manusia lain masih bisa diakali.

  • People can change

    Versi 2018 seseorang, bisa berbeda dengan versi 2021nya. Dia yang bulan lalu, bisa saja berubah sekarang. Saya yang sekarang, bisa juga beda dari saya yang kemarin. Tiap orang berhak dan punya kesempatan untuk berubah. Entah jadi lebih baik atau lebih buruk, biar kita yang bertanggung jawab untuk diri masing-masing terlebih dulu.

    “All of us retain the capacity to change, even to change in fundamental ways, as long as we live.”

    —Karen Horney, Self-Analysis (1942)

    People can change indeed, and the responsibility to be a better version of myself falls onto my lap, not yours, and vice versa.

  • I need a good dose of challenge

    Tantangan yang bisa memberi pressure untuk bergerak. Yang bisa mendorong untuk take action, memindahkan posisi dari titik A ke titik B, lalu dari B sedikit lebih dekat ke C, dan begitu seterusnya sampai berada di titik yang saya mau. Itu juga yang jadi salah satu alasan saya membuat 31-Day Writing Challenge. I need that kind of pressure. Apalagi sudah di-share ke internet, dan pakai ajak teman-teman pula. Hahaha. Accountability partners saya langsung banyak rasanya. *keringetan tapi excited


Quote for 2022

Following your own path is like writing a script for a film. You can decide to write an indie flick or a summer blockbuster. Set modest goals or the loftiest ones imaginable—it’s your world to create. You establish the settings, you develop the characters, and you work out the plotlines.
— Chase Jarvis, Creative Calling (p. 47)

Last but not least, thank you for all of you who read this blog post, send me DMs, likes, and comments on my contents. From the bottom of my heart, thank you so so much for your support!

Let’s make this brand new year better than the previous one, shall we?

Happy new year everyone!