Gimana Cara Supaya Konsisten Journaling?

Gimana cara supaya konsisten journaling?

Gimana caranya biar rutin nulis-nulis Kak?

Gimana biar konsisten dan stick to the journaling routine?

Tips konsisten journaling, Kak.

Pertanyaan tentang konsistensi ini paling sering gue terima sedari sebelum bikin Les Journaling, sampai sekarang.

Gue pun termasuk orang yang kagum setiap lihat journal flip through yang sering ada di Instagram dan YouTube.

  • Wah, kelihatan rapi banget ya hasilnya kalau semua halamannya penuh keisi begitu.

  • Atau, Gue mau juga ah banyak nulis biar journal jadi enak dilihat.

Lihat ada yang janggal nggak dari dua pernyataan di atas?

Gue kasih waktu sebentar. Lo yang baca blog post ini juga jangan buru-buru lanjut baca sebelum mencermati dan menjawab pertanyaan barusan.

Udah?

Gue lanjut ya.

Yang bikin janggal adalah saat gue ingin konsisten journaling karena “ingin journal gue kelihatan bagus”.

Nggak ada yang salah dengan ingin journal dibikin bagus, rapi, lucu, dsb. Tapi buat gue jadi janggal kalau itu yang jadi landasan utama untuk gue journaling.

Ibaratnya gue suka dress up, gue suka pakai outfit yang di mata gue bagus dari atasan, bawahan, sampai sepatu dan tas juga. Kelihatan bagus dan bikin semangat beraktivitas di luar? Jelas. Tapi apakah kalau gue kerja dari rumah bakal pilih outfit yang sama seperti itu? Tentu tidak. Gue lebih mengutamakan kenyamanan dan home environment setup yang bikin bisa fokus kerja daripada outer appearance gue.

Dengan makin sering menulis jurnal, gue pun mengadopsi pola pikir yang serupa. Gue tetap suka dengan melihat halaman jurnal gue yang “bagus” walau standar bagus untuk tiap orang pasti beda ya, tapi gue lebih mengutamakan manfaat yang ingin gue dapatkan dari menulis jurnal itu sendiri.

1. Sebelum mencari dan mencoba berbagai cara untuk konsisten journaling, cek dulu: “Gue mau konsisten journaling tuh untuk apa ya?”

Misalnya, gue kepengin konsisten journaling karena mau lebih memerhatikan apa yang gue lakukan setiap hari. Gue pribadi nggak suka, kalau waktu yang dipunya jadi lewat gitu aja untuk hal dan aktivitas yang nggak gue suka. Dengan menulis jurnal, gue jadi terbiasa untuk set intensi dan refleksi gimana cara gue menjalani hari, apa yang perlu gue kurangi, apa yang perlu gue tambah. Oh lo terlalu underestimate satu task ini, Griss. Atau, Kalau lo susun jadwal begini nggak efektif, lo butuh waktu lama buat task-switching. Mending dijeda sehari aja sekalian biar lebih fresh.

Gue journaling juga untuk melatih diri gue agar bisa menghargai apa yang gue punya; ya dari waktu, energi, orang-orang (juga kucing) yang ada di hidup gue, kebaikan-kebaikan yang gue terima, sampai momen-momen ngakak yang menghiasi hari gue saat menulis jurnal.

Banyak banget manfaat journaling yang bisa didapat. Coba deh eksplor dari sini dulu, lo mau konsisten journaling itu biar apa? Mau dapat manfaat seperti apa?

2. Ingat kalau standar konsisten untuk tiap orang bisa berbeda

Ada yang mau konsisten tiap hari, ada juga yang mau konsisten tiap minggu. Mungkin bisa juga ada yang frekuensinya beda lagi. Dan itu nggak apa-apa.

Yang menurut gue bahaya adalah kalau kita jadi latah dan merasa perlu mengimplementasikan rutinitas orang lain ke dalam hidup kita, padahal situasi dan kondisinya aja jelas beda.

Sesuaikan level konsistensi yang dimau untuk diri sendiri sambil coba dulu beberapa macam variasi yang ada.

Nah, sekarang kalau udah tahu dua poin di atas dan ingin mulai mencoba konsisten journaling, gue punya beberapa tips yang buat gue pribadi berpengaruh:

1. Bawa buku dan alat tulis ke mana-mana

Saat gue mau mendorong diri gue untuk semakin terbiasa melakukan sesuatu, gue akan mendekatkan diri dengan apa yang gue incar.

Kalau gue mau jadi rajin baca, gue bawa buku ke mana-mana, gue install aplikasi Kindle di hape dan laptop. Kalau gue mau rajin olahraga, gue akan banayk kontak dengan teman-teman juga adik gue yang udah berhasil bikin workout as part of their lifestyle. Gue juga bakal cari tontonan dan bacaan yang relate dengan olahraga supaya algoritma media sosial mendorong gue untuk terpapar konten-konten yang sesuai.

Begitu juga saat gue mau terbiasa untuk journaling. Pasti ada satu buku catatan dan satu pulpen yang “nempel” bareng gue. Entah itu gue bawa di dalam tas kalau pergi ke luar. Ada yang siap dipakai di meja kerja. Ada juga yang standby di meja di ruang baca.

Jadi, setiap kali gue ketemu dengan momen “nunggu”, “bingung gue mau ngapain”, atau “ah ini bagus, perlu gue catat”, gue udah punya buku yang tinggal gue isi.

2. Mulai dari durasi journaling yang paling gampang dilakukan

Gue suka dengan apa yang dibilang Leo Babauta, creator Zen Habits ini: Make it so easy you can’t say no.

Saat mau bikin kebiasaan baru, mulai dari yang paling gampang. Bukan yang agak gampang, bukan yang lumayan gampang. Yang paling gampang.

Buat gue, meluangkan sepuluh menit setiap hari untuk mengisi jurnal itu gampang. Kalau meluangkan dua jam ya susah. Kalau dedikasi satu jam buat journaling ya tergantung. Tapi kalau sepuluh menit itu gampang. Gampang banget. Journaling kan nggak harus lama-lama juga.

Sepuluh menit journaling bisa gue taruh di pagi sambil nyeruput kopi. Bisa juga gue lakukan setelah atau sebelum baca buku. Atau, bisa juga gue journaling setelah selesai mandi malam.

3. Siapin beberapa journaling prompts yang pasti bisa gue jawab setiap hari

Salah satu yang gue suka adalah: Apa yang bisa gue lakukan hari ini, supaya gue mendapatkan rasa puas yang lebih besar dari kemarin?

Bisa macam-macam yang gue tulis. Bisa jadi ada satu hari gue perlu mengatur prioritas dengan lebih baik. Bisa jadi ada satu hari gue perlu keluar dan bersosialisasi. Bisa jadi ada satu hari gue mau baca 3 bab dari buku tertentu. Variasinya nggak terbatas, dan belum tentu sama jawabannya dari hari ke hari, and that what makes journaling fun for me (at least one of the reasons).


Gue juga pernah mencoba mengikuti journaling routine orang lain. Ya nggak apa-apa buat percobaan dan permulaan untuk trial and error. Makin cepat dicoba, makin cepat tahu mana yang cocok dan nggak. Namun, yang perlu kita ingat adalah pada akhirnya kita sendiri yang perlu menentukan level konsisten seperti apa yang dimau, dan apa yang diinginkan dari kegiatan journaling ini. Harapan gue buat lo yang baca post ini, ada dorongan untuk bertanya dan cek ke diri sendiri akan apa yang dimau dari journaling.

Terima kasih buat yang udah kirim pertanyaan-pertanyaan seputar journaling ke gue. Semoga blog post ini cukup menjawab ya :)