Catatan Baca: Unfiltered, The CEO and the Coach (Ana Lueneburger and Saurabh Mukherjea)

Unfiltered, the CEO and the Coach Book Review

Judul: Unfiltered, The CEO and the Coach
Penulis:
Ana Lueneburger and Saurabh Mukherjea
Penerbit:
Penguin Books
Rating:
10/10

Sinopsis

A pioneering book, Unfiltered: The CEO and the Coach, for the first time, opens the doors that normally shield the confidential world of coaching conversations. The book, through its candour, helps readers fully grasp the life-changing impact that coaching can have. Conceived as a leadership development book, the authors share the narratives (both individual and mutual) of their partnership over the course of five years. The resultant narrative provides not just unique insights that executives and entrepreneurs will find useful for their own development but also deep insights into how, by understanding ourselves, we move towards mastery over the world at large.

Source: Penguin Random House SEA

Sebelum Baca

Dari judulnya, gue kira ini buku yang bahas tentang leadership dan professional work doang; tentang gimana cara coaching bekerja untuk membantu executive di perusahaan dan membantu perusahaan dapat goal-nya.

Setelah Baca

Ternyata lebih dari itu.

Buat gue, ini buku yang paling ngajak healing.

Sebagai pembaca, tentu salah satu faktor “klik” atau nggak dengan buku adalah selera personal. Seberapa nyambung dengan tema yang diangkat di buku, seberapa relate dengan isu-isu yang dibahas di dalam buku, atau seberapa powerful buku ini untuk mengajak untuk berproses.

Kriteria buku non-fiksi yang gue suka itu kecentang semua.

Singkatnya

“Unfiltered” membawa pembaca untuk ikut masuk ke “dapur” coach dan client-nya. Yang biasanya perbincangan dan cara coaching itu rahasia dapur, tapi di buku ini justru ada yang dibuka.

The book is packed with valuable insights, wisdom, and knowledge. Kalau lo pernah/sedang bekerja di perusahaan, kalau lo pernah/sedang memimpin tim, apalagi kalau lo adalah yang punya perusahaan, gue rasa lo juga akan enjoy baca buku ini.

“Anatomi” Buku

Buku ini disusun dari dua sudut pandang: Ana Lueneburger (coach), dan Saurabh Mukherjea (client).

Sebagai pembaca, gue bisa mendapat kursi VIP untuk masuk ke dalam pikiran keduanya. Gimana cara Ana nge-coach Saurabh, gimana cara dia membantu Saurabh mengurai benang kusutnya dan melakukan proses “transformasi”: dari Saurabh yang dulu begitu, jadi Saurabh yang sekarang begini.

Gue juga bisa lihat gimana cara Saurabh mencerna, menyerap, dan mengimplementasikan yang Ana beri dan tantang. Gimana susahnya, nggak nyamannya, dan sakitnya untuk berhadapan dan menjalani proses yang jauh dari kata mudah ini.

Ada refleksi dari Ana dan Saurabh, yang secara bergantian bisa kita baca dan pada akhirnya bisa saling melengkapi dua sudut pandang yang berbeda. Ada latar belakang cerita yang akhirnya saling terisi, khususnya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk sama-sama berkomitmen dalam program coaching ini. Apa yang jadi motivasi Saurabh akhirnya memilih Ana, dan begitu juga sebaliknya.

Notes

  • Lewat buku ini pembaca bisa lihat, kalau sesi "interview", atau seleksi client milih coach-nya, nggak terjadi secara sepihak. Coach juga punya hak yang sama, dan justru punya kewajiban ekstra untuk memilih client yang buatnya bisa diajak kerja sama untuk mendapatkan tujuan yang dimau. Singkatnya, nyari klien juga mereka pilih-pilih. Nggak lantas siapa yang bisa bayar pasti diiyakan.

  • Leadership wisdom-nya gue suka banget. Cara Saurabh yang memimpin perusahaannya dengan memakai kesalahan-kesalahan di masa lalu, lalu menjadikan itu bekal untuk bikin sistem dan workflow yang lebih baik ini buat gue adalah contoh nyata; kalau bos lo di kantor punya self-awareness yang tinggi dan put effort untuk jadi versi leader yang lebih baik, dia pasti peduli dengan timnya. Dia akan memastikan dampak positifnya akan tersalurkan dan dirasakan oleh seisi kantor.

  • Gue bilang buku ini healing karena salah satu "syarat" seseorang bisa berubah adalah mengeksplor sisi emosional dari masa lalu, dan menyadari kalau temperamen yang terbentuk dari masa-masa itu bukanlah sesuatu yang permanen, apalagi sesuatu yang perlu dikasih kuasa untuk menentukan masa depan.

  • Sebagai coach, Ana banyak kasih pertanyaan-pertanyaan yang susah, yang berasa susah karena untuk ngejawabnya Saurabh perlu menggali dan mengingat-ingat lagi, apa yang membuat dia punya respon tertentu yang justru jadi hambatan untuk dirinya sendiri. Gue yang baca, jadi ikutan meriksa diri sendiri. Dan itu nggak gampang ya. Gue jadi perlu mengakui sesuatu yang gue anggap selama ini udah nggak kenapa-kenapa, eh ternyata saat dicek ulang dengan lebih teliti, ya masih kenapa-kenapa. Ini jadi kayak gue juga dapat coaching rasa terapi juga.

  • Tiap orang punya blind spot. Ada dampak yang kita kasih ke orang lain, yang kitanya sendiri nggak sadar. Ada yang menurut kita itu biasa dan lumrah, tapi buat orang lain efeknya bikin kena mental ya mungkin banget. Sebagian orang punya rasa frustrasi, dan bisa termanifestasi jadi berbagai bentuk yang dirinya sendiri pun nggak sadar. Sebagian orang sebenarnya butuh pertolongan, tapi merasa dirinya baik-baik aja. Sebagian orang mengejar karir, padahal principle perusahaan tempat dia kerja nggak cocok dengan dirinya. Sebagian orang juga bisa saja mengejar sesuatu yang sebenarnya nggak sejalan dengan value dan apa yang sebenarnya diidam-idamkannya.

  • Memiliki sosok coach, atau orang bisa membantu untuk menjalani proses ini, bisa membuat prosesnya lebih mudah, lebih cepat, dan dapat bantuan yang tepat sasaran. Tentu nggak semua orang setelah membaca buku ini punya privilese bisa langsung cari dan hire coach. Tentu nggak semua kantor juga kasih fasilitas buat karyawan/karyawatinya 1-on-1 coaching begini (minta group training simpel aja kadang approval-nya hanya Yang Maha Kuasa yang tahu kapan turunnya), tapi lewat buku ini setidaknya ada awareness baru yang bisa dibangun untuk mengembangkan diri. That’s a good start.

Highlights (Favorites)

On slowing down:

I felt that I had a picture albeit a vague picture at that point in time of what life could be like if slowed down a bit and invested in relationships with the people whom I loved, the people whom I cared for, the people whose happiness mattered to me and the people whom I wanted to be loved by.

–Saurabh Mukherjea

On doing what you actually enjoy and love:

…to build a more sustainable life a happier, healthier and more fulfilling life I needed to go back to my roots and think about exactly what got my juices flowing.

You have neither financial nor emotional security if you are in a job you don't enjoy.

–Saurabh Mukherjea

On leadership:

I have learnt that the world is imperfect and that I can't just go in and force my view on others. Leadership is about empowering the team and making space for others and their sensitivities.

–Saurabh Mukherjea

On self-awareness:

What I have learnt from Ana is to take whatever I have my roots, my memories, my upbringing, my value systems and my abilities- and channel them constructively so that rather than damaging myself (through overwork, through self-neglect) and my relationships with other people (by steamrolling over them), I find my way in the world with sense of balances I now try to balance what I want to achieve with what people around me would like to achieve.

- Saurabh Mukherjea

on looking back at the past:

Most of us, even if we grew up in a loving childhood home with caring parental figures, will have experienced some form of psychological bruising.

The past does explain some of our present way of being. In fact, while being aware of one's past is important, we must also keep in mind that our past is not our destiny. With all my clients––and this is a core premise of coaching––I advocate the element of freedom of choice. Rather than being prisoner to our emotions, we have a choice as to how we see our lives and how we act in our lives.

–Ana Lueneburger

On honest feedback:

Honest feedback is one of the true gifts we can receive in life. Yet many of us are familiar with the pain that candour of the sort Saurabh was facing at the moment can bring. The easiest way to deal with such discomfort is to dismiss it. What takes courage is to explore the truth in what has been shared with us. Only then can we take the first steps towards growth and towards becoming the best version of ourselves.

–Ana Lueneburger

On facing the unknown:

We must be open to adventure and delve into the unknown because these moments afford us deep reflection.

–Ana Lueneburger

Journaling Prompts

Setelah baca “Unfiltered”, tiga pertanyaan ini menarik untuk dieksplor dan digali lebih dalam kalau lo mau.

  1. Apa kelebihan dan kekurangan yang gue punya? Jangan cuma sebutin permukaan atau kulitnya doang. Dig deeper. Bisa cek di viacharacter.org (ambil free survey-nya).

  2. Buat development plan untuk diri sendiri

    • Apa yang mau gue ubah?

      • Berapa lama prosesnya?

      • Gimana cara gue ngukur dan track progresnya?

      • Siapa yang bisa bantu gue?

    • Kenapa gue mau berubah?

    • Kebiasaan baru apa yang perlu gue implementasikan untuk dapat perubahan ini?

  3. Apa value gue? Apakah yang gue lakukan sekarang udah sejalan dengan value gue? Contoh value bisa dicek di sini.

Apa lagi yang bakal ditemuin di buku ini?

  • The power of curiosity

  • The importance of asking the right questions

  • How to deal with difficult conversations

  • How to lead a team without burning them out

  • Avoidance solves nothing

Baru Juni sih, tapi kayaknya Unfiltered bakal masuk ke top 5 books gue tahun ini :)

Highly recommend this one!